Info Teluk Kepayang – Kasus keracunan massal kembali mencuat di Kabupaten Banjar. Puluhan siswa dari salah satu sekolah di Martapura dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, hingga pusing usai menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Jumlah korban terus bertambah seiring laporan baru yang masuk ke pusat layanan kesehatan.
Puluhan Siswa Alami Gejala Serupa
Berdasarkan informasi dari pihak sekolah, kejadian bermula setelah jam istirahat pertama ketika para siswa menyantap menu MBG yang dibagikan. Tak lama kemudian, sejumlah siswa mulai mengeluhkan sakit perut dan pusing. Kondisi tersebut membuat guru panik dan segera melarikan mereka ke Puskesmas terdekat.
“Kami kaget, awalnya hanya beberapa siswa yang mengeluh. Tapi lama-lama bertambah banyak hingga puluhan anak,” ujar salah seorang guru yang enggan disebutkan namanya.
Menu yang Diduga Jadi Penyebab
Berdasarkan keterangan awal, menu MBG yang disajikan hari itu terdiri dari nasi putih, ayam goreng tepung, sayur sop, dan sambal goreng kentang. Dugaan sementara mengarah pada lauk ayam goreng tepung yang disebut-sebut sudah berbau kurang segar sebelum disajikan.
Namun, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar menegaskan masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan penyebab pasti keracunan. “Kami sudah ambil sampel makanan untuk diuji. Dugaan awal bisa dari pengolahan yang kurang higienis atau bahan makanan yang tidak layak,” kata Kepala Dinkes.

Baca juga: Bupati Kabupaten HSU Hadiri Tanam Jagung Serentak Kuartal IV di Desa Pulau Damar
Korban Terus Bertambah
Hingga Jumat malam (12/9), jumlah korban terus bertambah menjadi lebih dari 40 siswa. Sebagian besar masih dalam perawatan di Puskesmas, sementara beberapa siswa dirujuk ke RS Ratu Zalecha Martapura karena mengalami dehidrasi berat.
Orang tua siswa pun berbondong-bondong mendatangi fasilitas kesehatan untuk memastikan kondisi anak-anak mereka. “Saya benar-benar khawatir. Anak saya muntah-muntah terus sejak siang,” kata seorang wali murid dengan wajah cemas.
Pemerintah Diminta Evaluasi Program MBG
Kasus ini memicu kritik terhadap program MBG yang digadang-gadang sebagai upaya meningkatkan gizi anak sekolah. Sejumlah pihak menilai perlu adanya pengawasan ketat, terutama soal higienitas dapur penyedia makanan.
“Program ini bagus, tapi kalau kualitas dan kebersihannya tidak dijaga, justru membahayakan anak-anak,” ujar salah seorang aktivis pendidikan di Martapura.
Tindak Lanjut dan Investigasi
Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar berjanji segera melakukan investigasi menyeluruh. Penyedia jasa katering juga akan dipanggil untuk dimintai pertanggungjawaban. Sementara itu, distribusi MBG di sekolah tersebut untuk sementara dihentikan hingga hasil uji laboratorium keluar.
“Kami pastikan akan ada evaluasi menyeluruh, karena keselamatan anak-anak adalah prioritas utama,” tegas Bupati Banjar dalam keterangan pers.
Penutup
Kasus keracunan MBG di Martapura ini menjadi peringatan keras agar program yang sejatinya bertujuan mulia tidak berbalik menjadi malapetaka. Hingga kini, masyarakat menanti langkah konkret pemerintah dalam memperbaiki sistem pengawasan dapur penyedia agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
















